Dalam
rentang waktu semenjak didirikan, sudah banyak prosesi Orientasi
Calon Anggota yang kita lakukan. Beranjak dari sebuah harapan
agar setiap anggota yang masuk dapat memahami dengan jelas sejelas-jelasnya
tentang organisasi yang akan mereka masuki dan harapan agar
nantinya mereka betul-betul siap untuk mengemban tongkat estafet
jalannya organisasi maka diadakanlah OCA tersebut. Sebenarnya
nama OCA saya ambil dari kegiatan serupa yang juga diadakan
oleh UKM Pramuka, ketika itu saya dengan beberapa kawan-kawan
seperti Triyanto, Yudi, Mas Andre dan yang lainnya memandang
penting untuk diadakannya sebuah kegiatan pengenalan awal dan
juga pelantikan yang mampu memberikan sebuah getaran dalam jiwa
yang mampu pula membangkitkan rasa fanatisme terhadap UKM. Tanpa
adanya rasa ini adalah sebuah keniscayaan bagi kita untuk dapat
menghidupkan sebuah oraganisasi dalam jangka waktu yang lama
dan panjang.
Mendirikan organisasi bukanlah sesuatu yang sulit, adalah jauh
lebih sulit bagi kita untuk membuatnya bertahan hidup dan berjalan
lurus pada idealisme yang mendasarinya. Disinilah peranan penting
dari sebuah proses kaderisasi. Saya beranggapan, ketika sebagai
sebuah proses kaderisasi awal, OCA gagal mencapai harapannya,
maka kedepannya kehidupan organisasi juga akan terancam kelangsungannya.
Berdasarkan atas hal ini, maka konsentrasi dan kekuatan seluruh
bagian organisasi harus betul-betul dicurahkan untuk hal ini.
Pendeknya, segala daya upaya dan ide-ide harus terus dilahirkan
untuk membentuk sebuah prosesi OCA yang memenuhi harapan kita.
Saya melihat dan menganalisa, dalam setiap tahun, perubahan
selalu saja dilakukan pada sistem OCA. Namun dalam setiap tahun
pula saya melihat ada penurunan baik dari segi kualitas ataupun
kuantitas anggota baru KSR. Mungkin saya akan dianggap salah
kalau mengatakan secara kualitas ada penurunan, dan sayapun
tidak mau berdebat tentang hal itu. Tetapi yang nyata terlihat
sekarang adalah penurunan dalam kuantitas dan yang lebih nyata
lagi adalah kuantitas dari jenis kelamin laki-laki. Ini bisa
dipakai sebuah evaluasi besar bagi kita dengan melahirkan sebuah
pertanyaan besar, "Mengapa bisa sampai begitu ?".
Jika saya boleh mengemukakan sebuah pujian tentang kesuksesan
OCA, maka saya hanya melihat ada beberapa yang bisa dikatakan
sukses besar. Peringkat pertama akan saya berikan kepada OCA
tahun 1999 Ketika Ken Widya sebagai ketuanya. Kemudian peringkat
dua akan saya berikan kepada OCA I ketika Yudiartha sebagai
ketuanya, peringkat tiga saya berikan kepada OCA yang diketuai
oleh Iskandar Muda. Adapun indikator yang saya pakai dalam memberikan
peringkat ini adalah bertahannya mereka-mereka yang menjalani
proses OCA tersebut dalam organisasi dan keandalan mereka dalam
mengemban tanggungjawab organisasi.dan yang terpenting adalah
keseriusan mereka untuk memikirkan kemajuan organisasi.
Waktu yang dibutuhkan yang demikian panjang dengan berbagai
syarat kelulusan adalah sesuatu yang wajar, kalau yang dipakai
mendasari hal itu adalah untuk menguji kesungguhan calon anggota
untuk terlibat di KSR. Memang hal ini cukup sulit dilalui oleh
calon anggota (CA). Namun kalaupun mereka mampu melalui semua
itu, belum juga menjamin bahwa mereka akan betul-betul serius
di KSR. Sama halnya dengan sekeras apapun bentakan dan kerasnya
latihan yang diberikan pada saat latihan rutin dan pelantikan,
bukan pula bisa menjadi jaminan bahwa CA akan menjadi anggota
yang betul-betul handal. Mengapa ???. Sederhanya kita berpikir,
kalau jalan yang keras dan sulit sudah diterapkan tetapi tidak
mampu memberi jaminan, lalu mungkinkah jalan yang ringan dan
gampang bisa menjamin pula ?
Untuk menjawab hal ini, mari kita lihat bersama proses OCA I
yang saya lihat beranjak dari sebuah kesederhanaan berpikir
dan memang betul betul sederhana. CA tidak usah susah-susah,
daftar ikut pelantikan, dilantik dan jadi anggota. Kemudian
mereka bisa bertahan lama dan menunjukkan keseriusan ngurusi
organisasi. Dewo, Ken Yanti, Tombos, Mira, Priyo, Lilik, Jeri,
dkk adalah legenda hidup yang dilahirkan dari proses OCA I yang
sederhana dan tidak njelimet.
Mungkin sebagai sebuah masukan, adalah baik bagi kita untuk
membuat prosesi OCA yang tidak njelimet dan sulit tersebut.
Bila perlu untuk OCA tahun ini, tentukan jadwal pelantikan,
minta yang berminat daftar lalu lantik mereka dan jadilah mereka
anggota. Sesederhana itu saja. Namun yang paling penting kemudian
adalah menciptakan iklim yang kondusif dan mampu membuat mereka
bertahan lebih lama di KSR. Mungkin suasana markas harus baik
dan ramah, kemudian yang terpenting lagi adalah memberikan mereka
sebuah tanggungjawab, bisa dalam bentuk mengurusi sebuah kegiatan,
misalnya sebuah lomba, sebuah pelatihan atau apapun yang ada
di dalam program kerja pengurus. Acara menyambut HUT PMI bisa
dipakai acuan. Berikan mereka tanggungjawab dari awal hingga
akhir untuk mewujudkan kegiatan tersebut dan senior hanya mendampingi
saja. Seluruh kepanitiaan serahkan kepada mereka. Dengan begini
mereka (Anggota Baru) akan merasa diri mereka ada dan diperlukan.
Selebihnya adalah memang tergantung pada proses seleksi alam.
Seleksi alam memang sebuah alasan pembenaran terakhir, ketika
kita sudah berbuat maksimal tetapi tetap saja antara harapan
dan realita dari OCA mengalami distorsi yang cukup besar. Adalah
sesuatu yang wajar dan lumrah hal itu terjadi, mengingat sebuah
harapan disusun berdasarkan idealisme sedangkan kondisi dimana
idealisme itu diwujudkan sangatlah sulit untuk diprediksi karena
berubah-ubah dan penuh ketidakpastian. Adalah penting juga bagi
kita terus bercermin pada masa lalu dan beranjak dari berbagai
pengalaman yang sudah ada. Sebab KSR bukanlah organisasi berusia
setahun dua tahun tetapi sudah berusia diatas 5 tahun . Sekarang
tergantung kemauan kita untuk bercermin dan menemukan formula
baru yang mendekati harapan yang ingin kita wujudkan. AKhirnya
saya ingin menyampaikan teruslah berpikir dan berusaha kepada
penerus-penerus KSR Udayana. Tetap menjadi individu terbuka,
pupus egoisme dan "don't crack under presure".